Mina padi (dari mina =
"ikan" dan padi) adalah suatu bentuk usaha tani gabungan
(combined farming) yang memanfaatkan genangan air sawah yang tengah
ditanami padi sebagai kolam untuk budidaya
ikan air tawar. Mina padi dengan demikian meningkatkan efisiensi lahan karena
satu lahan menjadi sarana untuk budidaya dua komoditas pertanian sekaligus.
Mina padi termasuk dalam sistem pertaman campuran, dipandang dari kacamata agronomi.
Menurut Aswar (2012), terdapat 2(tiga) jenis
budidaya ikan di sawah yaitu budidaya ikan sebagai penyelang tanaman padi dan
budidaya secara tumpangsari atau budidaya ikan bersama padi.
a. Budidaya Ikan Sebagai Penyelang Tanaman
Padi
Pemeliharaan ikan sebagai penyelang dilakukan
setelah tanah sawah dikerjakan sambil menunggu penanaman padi. Lamanya pemeliharaan
biasanya 20 – 30 hari, sampai pada saat benih padi siap untuk ditanam. Pada
sistem ini biasanya hanya dilakukan untuk pendederan benih ikan. Tujuannya
adalah setelah umur 20 – 30 hari, hasil dederan berubah menjdai anak ikan yang
siap ditebarkan di kolam.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011),
budidaya minapadi dengan penyelang dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Persiapan lahan
-
Membabat jerami sampai pangkalnya dan dibenamkan
-
Perbaikan pematang untuk mencegah kebocoran air.
-
Saluran pemasukan dan pengeluaran terletak pada sisi yang berseberangan
dilengkapi dengan saringan yang terbuat dari kawat, bambu atau saringan.
-
Pengolahan dan pembalikan tanah menggunkan luku atau retovator
(traktor).
-
Pembuatan careng keliling dengan lebar 40 – 100 cm dan careng penampunga
(kobakan panen) dengan ukuran 1 x 2 m dan kedalaman 50 – 75 cm.
2.
Pemupukan
-
Pemupukan dengan SP-36 dan urea tahap I sebanyak 6 – 7 gram/m2 dilakukan
setelah persiapan lahan atau 4 – 5 hari sebelum penebaran benih.
-
Pupuk organik diberiakn setelah petakan digenangi air setinggi 15 cm
dengan frekuensi 1 - 2 pekan sekali sebanyak 30 – 100 gram/m2.
3. Pemeliharaan
-
Benih ikan yang ditebar sebanyak 30.000 ekor/ha/MT berukuran 1 – 3 cm
-
Pakan tambahan untuk ikan berupa dedak halus sebanyak 4 % dari bobot
total ikan, dengan frekuensi 3 kali sehari.
-
Ketinggian air di dalam petakan selama masa pemeliharaan adalah 30 – 40
cm
-
Balikkan tumpukan jerami 3 (tiga) hari sekali untuk mempercepat proses
pembusukan dan pertumbuhan pakan alami.
-
Suplai air terus – menerus dengan kecepatan 2 – 4 liter/detik untuk petakan
seluas 500 m2.
4.
Pemanenan.
-
Panen dilakukan 2 – 3 hari sebelum tanam padi.
-
Pengeringan petakan secara total dan dipasang saringan pada pipa
pengeluaran untuk mencegah lolosnya benih.
-
Setelah masa pemeliharaan selama 30 hari dihasilkan benih ikan berukuran
3 – 5 cm sebanyak 21.000 ekor setara dengan 105 kg/ha.
b. Budidaya Ikan Bersama Padi
Budidaya ikan bersama padi merupakan pemeliharaan
ikan di sawah yang dilakukan bersama dengan tanaman padi. Lama pemeliharaan
adalah sejak benih padi ditanam sampai penyiangan I, penyiangan II atau sampai
tanaman padi mulai berbunga, kira-kira umur tanaman padi 50 hari. Sistem
budidaya minapasi ini sering disebut sebagai sistem tumpangsari.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011),
budidaya minapadi dengan sistem tumpangsari dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Persiapan Lahan.
-
Sawah dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan penanaman padi dan
pemeliharaan ikan
-
Tanah diolah atau dibajak samapai lumpur mencapai 15 – 30 cm, de3ngan
perbandingan lumpur dan air, 1:1
-
Pembuatan parit/caren untk udang galah berukuran lebar 1 m dengan
kedalaman 60 – 75 cm
-
Penanaman padi
2.
Pemupukan Padi
Pada pemupukan dasar, pupuk ditaburkan secara merata
pada keadaan sawah masih melumpur. Urea dan SP-36 tidak dianjurkan untuk
dicampurkan pada saat penaburan. Pada pemupukan susulan, air dalam petakan
diusahakan dalam keadaan macak-macak sebelum penebaran (ikan berada pada
kemalir auat diungsikan terlebih dahulu). Pupuk ditaburkan diantara barisn
tanaman atau ditebar secara merata. Benamkan pupuk dengan landak sambil
menyiang atau diinjak-injak khusus agar bisa terbenam pada kedalaman lebih dari
3 cm.
3. Penebaran ikan
Padat penebaran dan ukuran benih ikan disesuaikan
dengan tujuan penanaman penanman, penebaran, pertama benih berukuran 1 – 3 cm
(fingerking) dengan padat penebaran 3 – 5 cm ekor/m2 dilakukan 3 – 5 cm setelah
tanam padi. Jika benih ikan yang ditebar berukurang kurang dari 5 cm, gunakan
panglojo (ikan pembimbing), yang ukurannya lebih besar (50 -75 gram) sebanyak
200-150 ekor/ha. Karena ikan ini dapat membolak balikan lumpur sehingga dapat
membantu ikan-ikan kecil mencari makan. Ikan dapat diganti dengan dengan udang
galah berukuran 5 – 8 gram/ekorsebanyak 2 ekor/m2. Jadwal tanam ikan pada budidaya minapadi
sesuai dengan ukuran ikan dan lama pemeliharaan.
4.
Pemeliharaan
-
Apabila pertumbuhan padi tidak normal (anakan kurang) turunkan permukaan
air sampai 5 cm selama 2 – 4 hari guna memberi kesempatan padi untuk bertunas.
-
Ikan perlu diberi pakan tambahan berupa dedak dengan takaran 4 – 5 %
dari berat badan ikan. Untuk pakan udang galah diberikan pekan berupa pellet
(protein 30 %) sebnayak 1 % dari berat badan udang/hari dengan frekuensi 3 kali sehari.
-
Selama masa pemeliharaan kedalaman air di pelataran 10 – 15 cm dan parit
30 – 40 cm.
-
Pemasukan dan pengeluaran air dilakukan berdasarkan grafitasi.
-
Lemanya pemeliharaan ikan tergantung pada ukuran benih dan besarnya iakn
yang hendak dipanen. Lama pemeliharaan benih dari ukuran kebul sampai ukuran
belo 15 – 20 hari, dari belo sampai ngaramo 20 – 30 hari, dan dari ngaramo
menjadi ikan konsumsi 40 – 55 hari.
5.
Pemanenan ikan
-
Pemanenan ikan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari pada
saat suhu udara rendah.
-
Pengeringan petakan pada waktu panen harus dilakukan perlahan – lahan
agar ikan dapat mencapai parit.
-
Keluarkan air pada bagian kemalir agar ikan berkumpul pada kemalir
tersebut samai ketinggian air mencapai 3 – 5 cm.
- Air
yang terkumpul ditangkap dan ditampung dalam hapa yang ditempatkan pada air
mengalir. Setelah petakan kering, air dapat dialiran kembali agar ikan yang
masih tersisa dalam petakan dapat terselamatkan
-
Setelah masa pemeliharaan selama 90 hari dihasilkan udang ukuran
konsumsi (25 – 35 g/ekor) sebanyak 15.000 – 16.000 ekor setara dengan 450 kg.
c. Pengendalian Hama Padi dan Ikan
Untuk mengantisipasi serangan hama padi pada
daerah-daerah endemik, dapat digunakan pestisida alami seperti saponim
(terdapat dalam biji teh), retenone (terdapat dalam akar tumbuhan) dan nikotine
(terdapat dalam daun tembakau) yang diberikan bersamaan dengan pemupukan dasar.
Jenis pestisida seperti Boss 250 EC, Dyvon 95 SP dan Fish free juga dapat
digunakan pada budidaya minapadi.
Penyemprotan dilakukan 1- 2 hari seblum penbaran
baenih pada pagi atau sore hari dan air dallam petakan sawah setinggi 30 – 40
cm, penyemprotan ulang dilakuakan seminggu sekali selama masa pemeliharaan.
Hama ikan terdiri dari ulat, belut, ikan gabus, ikan
biawak (sero), burumg kuntul, dan kuang-kuang. Untuk mengendalikan hama ulat
digunakan bubu perang
*Keuntungan dan Kelemahan Minapadi
Menurut Efendi (2013), minapadi memiliki beberapa
keuntungan yaitu sebagai berikut:
-
Meningkatkan pendapatan petani sawah yang mengalami kegagalan panen
akibat serangan hama wereng yang meningkat akibat perubahan iklim. Karena
dengan adanya ikan di sawah akan mengonsumsi hama wereng yang jatuh ke air
akibat gerakan ikan.
-
Meningkatkan produksi padi yaitu
sekitar 10-20% dengan pola minapadi dan sekaligus peningkatan produksi ikan
minimal 1 ton/ha permusim tanam.
-
Membantu percepatan perbaikan lingkungan karena dengan pola minapadi
akan mengurangi gas metan yang dibuang dari sisa pemupukan.
-
Penghematan pengeluaran pemerintah untuk subsidi pupuk karena dengan
minapadi bisa mengurangi penggunaan pupuk 20 – 30 %.
-
Peningkatan konsumsi ikan guna perbaikan gizi keluarga karena dari data
konsumsi ikan terlihat pada provinsi utama penghasil beras jumlah konsumsi ikan
perkapita yang terendah (18 – 23 Kg/kapita sedangkan rata-rata nasional 30
kg/kapita).
-
Pengembangan industri pedesaan selain adanya penggilingan padi juga
diharapkan tumbuh industri pengelolaan ikan pedesaan.
-
Diperoleh dua macam produksi sekaligus, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan keluarga.
-
Petani menjadi lebih rajin mengawasi sawahnya karena di tuntut setiap
hari harus mengecek aliran air yang masuk ke sawahnya dan pengecekan saringan/filter
yang ada agar ikan di sawah tidak gampang terlepas.
-
Kotoran ikan merupakan pupuk organik bagi tanaman padi.
-
Memperbaiki struktur tanah, karena ikan dalam mencari makan selalu
membolak-balikan lumpur.
-
Ikan akan membantu memakan binatang-binatang kecil yang merupakan hama
tanaman padi.
-
Mengurangi ketergantungan terhadap impor daging karena ikan dapat kita produksi dengn harga
yang lebih murah dibandingkan daging.
-
Ketahanan pangan yang selama ini disangga oleh beras akan dapat
dikurangi dan sekaligus kelebihan beras yang dihasilkan akan dapat mengisi
kebutuhan pangan dunia.
-
Meningkatkan potensi lahan sawah yang ada.
-
Meningkatkan keragaman hasil sawah selain bisa menghasilkan padi organik
juga bisa menghasilkan ikan.
-
Meningkatkan pendapatan karena double usaha padi dan ikan.
-
Panen padi dengan kualitas yang bagus dan bisa organik karena bisa
meminimalisir penggunaan obat-obatan kimia dan kotoran ikan bisa menjadi pupuk
organik.
-
Panen ikan dengan menghemat biaya pakan karena ikan bisa memakan Azolla
dan lumut yang ada disawah sebagai pakan tambahannya.
-
Meningkatkan produlsi ikan dengan luas kolam dan ketinggian airnya.
-
Membantu mengurangi serangan hama dan penya.
-
Bisa memelihara ikan sesuai umur padi diperoleh ikan siap konsumsi pada
saat panen.
*Kelemahan
Minapadi
Menurut Anwar (2012), kelemahan dari sistem minapadi adalah
pemberian pestisida yang berlebihan pada padi, juga dapat mempengaruhi kehidupn
ikan dan mudahnya hama seperti ular, kodok, dan burung masuk kedalam sawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar